Ramadhan 1 : Tidak Ada Kebetulan Tanpa Makna

Dari masa saat kita mulai bisa mengerti berbagai hal, dari masa saat kita mulai bisa merasakan pahit manisnya setiap inchi kehidupan. Kita semu tentu paham jika segala seluk beluk hal dalam hidup kita sudah diatur dan digariskan, tentu dengan segala sebab akibatnya. Namun kadang tidak kita sadari, kita sering beranggapan pada suatu momen tertentu, kita terlibat dalam suatu kebetulan. Kebetulan bertemu dengan si A, kebetulan ini, kebetulan itu dan kebetulan yang lainnya.Tidak hanya di momen yang ala kadarnya saja, kita bahkan masih sering menganggap kebetulan dimomen yang bahkan sangat genting dalam hidup kita.

Sampai disini saya ingin sejenak bercerita.Saat masih bergelut dengan segala macam tes perguruan tinggi dulu, saya sempat mengalami juga fase fase frustasi. Gagal diberbagai macam tes,bahkan di tes yang terakhir. Dan akhirnya saya pun mulai melunak, mulai mencari kampus-kampus swasta lainnya.

Pada saat itu tujuan saya cuma kuliah di Surabaya. Tanpa sepengetahuan saya, ternyata, Bapak yang ikut menunggui tes waktu itu sempat mengobrol dengan orangtua calon peserta tes lainnya. Dan juga sempat menanyakan nomor handphone bapak tersebut. Saat mengetahui saya tidak lolos untuk kesekian kalinya, bapak mencoba menghubungi orang yang ditemuinya siang itu. Setelah sejenak mengobrol, ternyata orang tersebut memberi tahu kalau ternyata masih ada 1 tes lagi, yang paling akhir untuk masuk ke kampus yang saya inginkan itu. Dan setelah saya mendaftar (lagi). Singkat cerita saya berhasil diterima di perguruan tinggi yang saya inginkan.

Setelah beberapa tahun berlalu. Setiap ada saat-saat yang tidak ternilai di masa kuliah, saya sering tiba-tiba berpikir kebelakang. Bagaimana kalau kala itu bapak tidak bertemu dengan tersebut? Bagaimana kalau bapak bertemu, tapi tidak membuka pembicaraan sama sekali? Dan banyak pengandaian lain yang membuat saya teringat lagi akan semua ketentuan Allah yang sudah dituliskan-Nya.

Daun yang jatuh, hujan yang turun, dan semua yang ada dibumi ini terjadi karena Allah. Tidak ada satupun yang luput dari pengawasannya. Ikhtiar kita adalah bentuk ibadah, lantas kenapa kita tidak berserah?

Tidak Ada Kebetulan Tanpa Makna                                                                                 Surabaya, 2 Ramadhan

Juga ditulis di : http://dannydzulfikri.tumblr.com/post/145544981848/ramadhan-1-tidak-ada-kebetulan-tanpa-makna

Tuhan Yang Lain

Waktu itu, aku merintis pesantren ini. Aku tidak tahu harus memulai dari apa, uang untuk membangun semua ini dari mana. Yang aku tahu saat itu, mintalah semua pada Allah. Sesedikit apapun, sebesar apapun, mintalah pada Allah. Dan benar, semuanya tercapai, semuanya terbeli. Allah memberikannyanya untukku. Fase ini dimana begitu erat aku menggenggam apa itu ketauhidan.

Saat itu sepertinya semua begitu dimudahkan oleh Allah, dunia dibukakan. Namaku sedikit demi sedikit mulai terangkat. Undangan dan jamaah berdatangan dari manapun. Bisnis melesat, liputan media dimana-mana. Para penghuni dunia melihatku sebagai sosok yang sukses, Dan ternyata inilah masa-masa terburuk dalam hidupku. Dari yang menuhankan Allah, berganti menuhankan popularitas, kekayaan, kekaguman khalayak, menuhankan bisnis. Hampa rasanya kala itu.

Alhamdulillah, Allah mengembalikanku pada fase yang terindah. Yaitu, saat aku menikah untuk kedua kalinya. Nama baikku runtuh begitu saja, popularitasku hilang, bisnis berantakan hancur semua kala itu. Pada masa-masa itu aku didatangi dua sahabatku yang juga ulama. Memberikan nasehat padaku,

“Manusia perlu mengalami apa yang buah kelapa rasakan. Dijatuhkan dengan begitu kerasnya dari ketinggian, lalu kelapa itu dijambak sampai hilang rambutnya, cukup? Tidak, sang buah kelapa masih diparang agar terbelah, dicungkil agar lepas dari cangkangnya, lalu merasakan perihnya diparut, dan sakitnya diperas. Untuk apa? Agar bisa keluar saripatinya, agar kembali lagi tauhidnya.”

Dan benar, Tuhan yang lain satu persatu ditarik kembali oleh Allah. Berita media yang biasanya baik-baik, berganti menjadi berita buruk, pujian dan sanjungan berubah jadi cemoohan, perusahaan yang sudah didirikan kolaps begitu cepat. Dan sahabatku tadi kembali menasehatiku,

”Tenang, semua Allah tarik kembali, agar apa-apa yang sudah diambil tadi tidak lagi menjadi sandaranmu.” “Inilah saat-saat terindah, ketika hati ini sudah tidak bersandar pada apapun, siapapun, selain pada Allah. Insyaallah semua akan dikembalikan lagi pada waktunya tanpa ada rasa lagi dari hatimu seperti dulu”.

Dan benar ternyata, saat aku tidak lagi menuhankan apa yang sudah Allah ambil, Allah mengembalikan dengan sebaik-baiknya. Keluarga membaik, anak-anak menjadi hafidz dan hafidzah, pesanren berkembang pesat, perusahaan jauh lebih maju dan berkah, dan khalayak kembali ramai saat aku berbagi ilmu, murni untuk mendapat ilmu, bukan lagi untuk foto bersama.

Semoga ada hikmah yang bisa diambil dari apa yang aku kisahkan, tentang pada siapa sesungguhnya kita bersandar.

– Kisah nyata kehidupan sosok ulama Aa’Gym, yang saya tulis ulang. Semoga dapat memugar kembali tembok keimanan kita yang mulai retak, semoga dapat menjahit kembali apapun yang sedang robek dari hati kita.

Danny Dzul Fikri – Surabaya, April 2016

Juga ditulis di : http://dannydzulfikri.tumblr.com/post/143270753338/tuhan-yang-lain-pada-siapa-kita-bersandar

Wajah Bahagia Itu

Wajah bahagia itu muncul karena kita.
Wajah bahagia itu muncul saat kita ada disana.
Kita yang ditakdirkan saat itu untuk menjadi sumber kebahagiaan mereka, bukan orang lain.

Kita pasti pernah mengalami kejadian ini, saat kita membeli dari pedagang yang kelelahan berkeliling, membayar lebih saat kita membeli sesuatu dari pedagang kecil, dan mungkin obrolan-obrolan ringan dari tukang ojek tentang nilai kehidupan dan juga keluarganya.

Yang kita lakukan mungkin sederhana, tapi tentu saja luar biasa bagi mereka. Ada rezeki lebih yang bisa mereka berikan untuk keluarga dirumah, ada mainan baru untuk buah hati mereka yang sudah lama menginginkannya, ada wajah senang para penghuni rumah setelah menyantap makanan yang mereka bawakan.
Tidak semua dari kita pernah merasakan apa yang mereka rasakan. Mungkin karena kita tidak digariskan untuk mengalaminya, belum giliran kita, atau mungkin kita sudah melewati fase-fase tersebut.

Berikan yang terbaik sebisa kita, karena mungkin saja hari itu kita diamanahi sebagai penyampai pertolongan-Nya

Dannydzf – April 2016

Juga ditulis di :http://dannydzulfikri.tumblr.com/post/143157012308/wajah-bahagia-itu

Tujuan Seorang Hamba

Kawan, kita diciptakan bukan tanpa tujuan apapun, ada maksud tertentu mengapa kita dilahirkan ke dunia Tujuan kita diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah, sedangkan peran apa yang kita ambil untuk mencapai tujuan tersebut, tentu kita sendiri yang harus memilihnya.

Peran disini seringkali berkaitan dengan sebagai apa kita di tengah masyarakat, ada yang sebagai guru, pejabat di pemerintahan, penulis, pengusaha, dokter dan berbagai peran yang lainnya. Dan tentu saja, peran yang kita ambil harus kita niatkan sebagai ibadah kita pada Allah, Setelah menentukan pilihan, tidak semua dari kita begitu saja mendapatkannya. Ada yang harus melewati proses yang begitu berliku, ada yang perlu mengalami fase jatuh, ada yang merasakan kehilangan arah dan berbagai ujian lainnya.

Ujian? iya benar, karena ujianlah yang akan menyeleksi setiap individu akan kesungguhannya. Setelah ujian kesungguhan sanggup kita lewati, akan ada lagi ujian yang tidak kalah berat. Ujian niat namanya. Fase yang akan menggempur langsung ke hati, apakah masih lurus atau mulai sedikit berbelok, dari yang ikhlas menjadi butuh pengakuan, dari yang tulus menjadi bulus, dari kebaikan menjadi kekuasaan.

Maka janganlah kita berputus doa. Bukan hanya doa untuk hal-hal yang ingin kita dapatkan, tapi juga berdoa agar kita bisa istiqomah menjaga segala titipan-Nya dalam balutan kebaikan.

Mari terus belajar agar kita bisa menjadi hamba-Nya yang baik.

Surabaya – Maret 2016

Juga ditulis di : http://dannydzulfikri.tumblr.com/post/141652570783/tujuan-seorang-hamba

Tiga Hari Terinspirasi

Hari ini hampir tepat seminggu yang lalu saya dan teman-teman yang lain purnatugas sebagai relawan panitia kelas inspirasi, di Bondowoso tentunya. Bagi yang masih belum mengerti, kegiatan ini adalah hari dimana para profesional mengajar sehari di sekolah dasar. Yang diajarkan bukan materi pelajaran seperti biasanya, tapi memberi wawasan pada adik-adik tentang luasnya pilihan cita-cita, pentingnya sekolah, bercita-cita tinggi dan nilai-nilai kebaikan lainnya.

IMG_4341
Kelas Inspirasi Bondowoso 🙂

Ini sudah kali kedua kami melaksanakan kelas inspirasi, tapi kali ini berbeda. Biasanya yang hanya sehari datang lalu selesai, kali ini kami semua menginap terlebih dahulu, karena kali ini diadakan cukup jauh dari pusat kota Bondowoso. Tepatnya di daerah kecamatan Sempol, kira-kira setengah jam dari kawasan wisata kawah ijen.

IMG-20160314-WA0003
Salah Satu SD di daerah Sempol 🙂

Anggota relawan panitia untuk KI Bondowoso baik yang pertama atau yang kedua, kebanyakan masih diisi oleh anak-anak muda asli kelahiran kota tape ini. Dari yang kuliah diberbagai universitas, sampai yang masih duduk di bangku SMA. Saya bersyukur, masih ada generasi muda yang peduli dengan kepentingan orang banyak di kota kelahirannya.

IMG-20160319-WA0003
Suasana Rapat Awal-awal :”)

Mempertemukan banyak kepala ini ternyata tidak semudah yang dikira, meski sudah terfasilitasi dengan teknologi sekalipun. Mau tidak mau beberapa proses yang dibutuhkan dikerjakan dan dicicil dari jauh. Jauh jarak dan juga jauh waktu. Minggu demi minggu dilalui, komitmen dan semangat kami makin diuji. Beberapa akhirnya bertahan, meski tidak sedikit yang akhirnya memilih hengkang.

cfs3
Apapun demi KI 2 wes…
CFD1
Masih di masa-masa CFD …

Pelaksanaan tinggal beberapa minggu lagi, persiapan kami masih jauh dari cukup. Baik dari pendanaan, dan rencana A,B,C yang masih belum bisa dipastikan. Sampai disini serasa ada yang kurang greget, semacam berjalan perlahan. Padahal seharusnya kami mempersiapkannya sambil berlari. Sekitar dua minggu sebelum pelaksanaan, kami mengadakan pertemuan lagi untuk membahas progres dan segala kesiapan. Ini pertama kalinya panitia hadir dalam jumlah cukup banyak, bertatap muka dari yang sekedar tahu nama. Membuat semua kepala terpancing untuk mengeluarkan saran dan gagasan. Menyadarkan kami betapa pentingnya mempertemukan setiap dari mereka secara nyata, karena hanya berkumpul melalui media dalam genggam pun rasanya tidak cukup. Ada raut wajah yang perlu dipandang mata, ada tanya yang perlu didengar telinga, ada jawaban yang perlu diutarakan dengan lisan, dan tentunya pasti ada canda tawa sebagai jeda.

Pada hari itu juga sebenarnya saya dibuat takjub, entah teman-teman lain merasakan juga atau tidak. Segala kekurangan yang cukup membuat kami berpikir keras pada hari-hari sebelumnya tiba-tiba saja sudah tercukupi, lebih malahan. Bantuan-bantuan datang tidak diduga, perhitungan kami yang cukup berat rasanya menjadi lebih ringan. Hal ini membuat kami yakin, Allah mungkin akan menguji, tapi tidak akan mempersulit orang-orang yang dipertemukan dengan tujuan kebaikan. Karena hanya dengan izin-Nya pula kami diberikan jalan keluar.

Seminggu sebelum pelaksanaan…

Seminggu sebelum pelaksanaan kami pakai untuk mempersiapkan segala hal yang berbau teknis, menjadwalkan keberangkatan, membelanjakan donasi, sampai menaruh barang di lokasi. Mungkin sudah 3 kali dalam seminggu bolak-balik Bondowoso – Sempol, sampai kami jadi lumayan fasih dengan rutenya. Yang meskipun cukup menguras tenaga, sejuknya udara dan pemandangan disini menjadi kesenangan tersendiri untuk kami.

Capture
Hasil dari donasi teman2 sekalian, terimakasih banyak 🙂
DSC_1526
Di rumah saudara Ira,, mengatur segala jenis hal berbau konsumsi…

Kamis, 10 Maret 2016

Nggak terasa juga, Jumat besok adalah hari pemberangkatan kami. Dan masih menyiapkan hal-hal kecil untuk kebutuhan kami disana, termasuk bahan makanan untuk masak-memasak yang ternyata banyak juga. Dan tentu saja mengotak-atik kloter pemberangkatan yang serupa dengan skripsi, karena masih saja terus direvisi.

Jumat, 11 Maret 2016

Sebagian panitia sudah sampai dilokasi, basecamp kami bertempat di UPTD Sempol, yang bersebrangan langsung dengan SDN Sempol 1. Setibanya disana kami bertemu Pak Agus, yang ternyata pengawas disana, alhamdulillah beliau sangat antusias dengan kegiatan ini. Dengan pak Agus kami mendapat cerita bagaimana beliau berjuang untuk kelayakan pendidikan di daerah pedalaman. Apa yang beliau ceritakan siang itu membuat kami lebih semangat lagi, masih banyak yang perlu dibenahi untuk kemajuan Bondowoso, kota dimana kami dibesarkan.

Sebenarnya ada yang kami cemaskan untuk hari ini, yaitu saat ramah tamah malam nanti, khawatir nanti para undangan banyak yang berhalangan hadir. Dan diluar dugaan ternyata Bapak-bapak pada hadir semua.

IMG-20160319-WA0030
Dari Konsumsi Untuk Penginspirasi…
IMG-20160319-WA0032
Bersama Semangka Ojan,,,,hehe

Sabtu, 12 Maret 2016

DSC_1582
Sempol, pagi hari…

Udara dingin khas dataran tinggi menyambut pagi kami hari ini. Setelah semalaman sepertinya tidak tertidur sama sekali, entah karena kentalnya kopi semalam atau suhu lantai yang memang tidak bersahabat. Waktu kosong yang ada saya pergunakan untuk jalan-jalan sejenak disekitar UPTD, dan diluar dugaan ternyata dipertemukan dengan sosok Holidi, padahal masih pagi-pagi sekali. Ternyata pertemuan dengan beliau membawa kebaikan, dua buah gorengan hangat khas penduduk setempat.

Kali ini saya, beberapa panitia, dan relawan dibagi menjadi 4 kelompok, sesuai dengan jumlah SD, dan kebetulan saya dan beberapa kawan bertugas di SDN Kalianyar 2, sekitar 5 menit dari UPTD. Singkat cerita, pelaksanaan kelas inspirasi bondowoso pada hari Sabtu ini alhamdulillah diberi kelancaran

Akhir hari, Sabtu, 12 Maret 2016

Sore itu, dingin kembali menyapa. Suasana UPTD menjadi agak lengang, karena beberapa relawan dan panitia ada yang harus pulang terlebih dahulu karena ada kepentingan. Tidak ada agenda khusus untuk hari ini, saya lebih memilih untuk menikmati suasana. Dingin dan hangatnya, dingin karena udara, hangatnya karena keberadaan mereka.

IMG-20160319-WA0027
Ceria Sore Hari ( CSH)

Dan yang paling saya tidak sukai akhirnya muncul, mulai muncul pertanyaan-pertanyaan klasik,”Beneran sudah selesai nih?” “Udah selesai ya bareng-barengnya?” Dan yang saat itu bisa saya lakukan hanya mengamati keceriaan kalian satu-persatu. Alhamdulillah lelah kita terbayar 🙂

deri
Inspirasi Senja …

Langit kembali gelap, kami dibenam oleh lelap….

IMG-20160315-WA0000
Foto ini mewakili seluruh panitia yang hebat 🙂

Bagi saya, mereka adalah orang-orang pilihan, bukan karena skill, kemampuan, dan keunggulan lainnya. Tapi bagi saya mereka pilihan karena mereka memilih untuk peduli, memberikan tenaga dan waktu mereka demi lancarnya kegiatan ini. Mereka memilih disini saat seharusnya mereka mengerahkan tenaga dan waktu untuk kepentingan meraka sendiri, mengerjakan skripsi, kuliah, belajar untuk ujian, mengikuti tes kerja, dan kepentingan pribadi laiinya. Memberikan waktu untuk orang lain adalah hal terbaik yang bisa diberikan manusia. Karena tidak bisa pulih seperti tenaga atau tinggal mencari lagi saat sudah habis seperti harta.

Bondowoso -Surabaya , Maret 2016

Memberi Yang Terbaik

Saat kembali dari Yogyakarta beberapa hari yang lalu, adalah pertama kali saya naik ojek. Biasanya langsung menghubungi teman untuk minta tolong menjemput, sekalian juga berhemat biaya. Tapi saat ini kebetulan saya sendiri sedang meneguhkan prinsip, “kalau bisa kamu lakukan sendiri, tidak perlu merepotkan orang lain”. Ditambahlagi langit sedang gerimis sore itu. Setelah memilih tukang ojek yang rasanya cocok, langsung saja saya pakai metode tawar menawar. Dan akhirnya berhasil dengan cukup memuaskan.Ditengah perjalanan kemudian gerimis tipis kembail turun, beliau menepi sejenak untuk menawarkan jas hujan. Sejenak setelah melanjutkan perjalanan, membuat saya sejenak melamun. Saya tahu betul bagaimana lelahnya membonceng orang lain melewati padatnya jalanan Surabaya. Melihat bagaimana cara bapak ini memperlakukan penumpang, melihat bagaimana dia akhirnyanya rela mengantarkan penumpang dengan ongkos seadanya, sisa-sisa hasil penawaran.

Apa yang bapak ini terima sepertinya tidak sebanding dengan yang sudah dikerjakan. Mungkin kebanyakan dari kita sering mengalami hal yang hampir serupa. Ya, sebaiknya kita hargai payah letihnya bekerja. Lebihkan jika perlu, tidak usah takut berkurang harta, diganti saat itu juga atau beberapa tahun lagi itu bukan urusan kita. Bukankan Allah tidak akan menelantarkan para hamba-Nya?

“Kadang kebahagiaan kita datang melalui orang lain. Sama seperti saat kita dipilih menjadi jalan kebahagiaan untuk orang lain. Lalu kenapa tidak memberikan yang terbaik?”

Semoga dapat melatih hati kita, perlahan demi perlahan.

Surabaya Sore, 26 Februari 2016

 

Juga ditulis di : http://dannydzulfikri.tumblr.com/post/140071174888/memberi-yang-terbaik

Setahun Pasca Kampus

Beberapa hari lagi bulan Maret tiba. Mungkin sekitar 1 bulan lagi bertepatan dengan masa setahun pascacampus. Bukan hal yang mudah memang, cukup keras kalau boleh saya bilang. Secara umum memang ada tiga tujuan besar setelah seorang pemuda dinyatakan lulus dari kampus tempatnya belajar. Melanjutkan karir sebagai profesional, melanjutkan studi yang lebih tinggi, dan ada juga yang merintis usaha.

Dan ternyata saya pribadi masih memperjuangkan pilihan yang ketiga. Ada banyak faktor sebenarnya kenapa memilih ini dibanding 2 pilihan pertama. Jika melanjutkan karir dibidang profesional yang disesuaikan dengan jurusan, jujur saya ilmu engineering yang saya miliki hampir tidak ada. Karena saya sendiri sangat lemah dibidang eksakta, yang erat dengan rumus-rumus dan persamaan. Kalau saja tidak ada bantuan dari teman-teman, mungkin prosesi wisuda tidak pernah akan bisa saya alami.

Pilihan untuk melanjutkan studi jelas terbesit dalam keinginan, tapi jika dijurusan yang sama dan dengan biaya kuliah yang lebih mahal rasanya hanya akan menjadi beban yang bertumpuk. Apalagi jika masih ditopang subsidi orangtua. Memalukan rasanya untuk seorang laki-laki. Kalau untukk perempuan memang tidak ada masalah.

Pilihan ketiga masih tersisa, yaitu merintis usaha. Tentunya keinginan ini sudah berputar ribuan kali dalam otak sejak dimasa kuliah dulu, selain menuliskan sebuah karya buku tentunya. Dipenghujung masa kuliah entah kenapa ingin sekali mempunyai bisnis sepatu. Mungkin bawaan hobi naik gunung, atau jalan-jalan naik motor, alas kaki selalu tidak akan pernah ketinggalan. Dan juga ada sedikit hobi fotografi, kalau sudah punya produk, lalu difoto sendiri sepertinya puas banget. Dan ternyata tidak selancar itu kawan.

Entah ini bulan keberapa, saya merasakan betul sulitnya mencari vendor. Sidoarjo, Krian, Mojokerto, bahkan sampai Magetan sudah didatangi. Saat saya memesan sample produknya, hasilnya berbagai macam. Ada yang sangat parah, ada juga yang cukup memuaskan, tapi sayang sudah mulai sulit untuk dihubungi. Sulitnya mencari vendor ini ironis rasanya,karena Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia justru terletak di jawa timur, Sidoarjo lebih tepatnya.

Bersambung

Hijrah dan Ujian

 

Hijrah menurut bahasa memiliki makna berpindah. Jika diaplikasikan dalam kehidupan ini, bisa berarti berpindah dari fase hidup satu ke fase hidup lainnya.

Hijrah dapat diawali dengan niat. Niat tersebut bisa karena sesuatu, entah apa, siapa, atau yang tidak berupa.

Hijrah digerakkan oleh tujuan, tujuan itulah yang menjadi bahan bakar penting agar tidak berbelok salah arah, berhenti, atau mungkin kembali berbalik arah.

Hijrah diikat dengan komitmen. Ibarat kesepakatan yang dijanjikan pada diri sendiri, tidak selalu bersifat mengekang namun lebih kepada membatasi untuk kebaikan.

Lalu hijrah diuji oleh apa? Apa saja. Tidak terbatas tentang apa, kapan, dimana, dan juga melalui siapa. Tapi yang pasti ujian itu akan menuju pada satu. Yaitu sebuah keistiqomahan, menguliti selapis demi selapis, sampai tiba fase terlemah yang memungkinkan remuk sampai ke inti reaktornya.

Mungkin kita semua benar-benar menyadari hijrah memang tidak semudah kelihatannya, tidak sesingkat pengucapannya. Tapi bukan berarti tidak bisa kan? Besar atau kecil akan ada yang kita korbankan, dan juga ada yang akan kita dapatkan.

Semoga Allah meridhoi langkah-langkah kita semua …

Suatu Jumat pagi di Surabaya – Dannydzf

Juga ditulis di Tumblr

 

Mensyukuri Jawaban

Kita hampir setiap hari bertanya-tanya pada diri sendiri, atau kepada sang Pencipta lebih tepatnya. “Apakah ini jawaban dari apa yang sampai saat ini aku terus cari?”, “Apakah ini akan menjadi jawaban yang aku nanti?”

Sampai akhirnya semua terlewatipun, kita tidak bisa memastikan, apakan yang sudah kita lewati itu adalah jawaban atau mungkin hanya menjadi titik persinggahan sementara.

Kita seringkali baru bisa bersyukur saat hikmah dari suatu kejadian sudah nampak dipandangan kita. Sebaliknya, akan terus bertanya-tanya saat Allah tidak menghendaki kita melihat hikmah dari sebuah kejadian. Yang tentu saja itu adalah yang terbaik untuk kita.

Andai kita tahu, pasti tiada hentinya kita mengucapkan syukur.

Surabaya, suatu malam ….

Juga ditulis di Tumblr

Patah Lalu Bersambung

Patah seringkali identik dengan keadaan yang tidak kita inginkan. Seperti patah hati, patah tulang, patah semangat dan banyak patah-patah yang lain. Patah seringkali tidak kita inginkan, karena pada awalnya mereka masih bersatu terwujud utuh.

Patah terkadang membuat penderitanya kebingungan, bingung apa yang harus dia perbuat untuk menyambungnya kembali utuh. Patah akan membuat pengidapnya ragu, akankah keutuhan bisa kembali menguatkan.

Kita pasti pernah mengalami kepatahan-kepatahan ini, serasa semua jatuh dalam waktu begitu singkat. Seperti hanya tersisa diri ini dan suara hati kita sendiri. Dan pada suatu titik kita akan sadar. Kita hanya perlu menyambung kembali harapan dengan rajutan iman.

Karena dibalik segala takut akan ketidakpastian, ragu atas ketidakmungkinkan dan hampa pada setiap kehilangan. Yakinlah dengan iman, Allah akan selalu menguatkan.”

Surabaya 2016, masa-masa harus bangkit dari kekalahan

Juga ditulis di Tumblr